Oleh Puput Pratiwi
Dulu
aku masih bingung sebenarnya malaikat tanpa sayap itu maksudnya gimana sih? Mungkin
karena aku belum pernah melihat malaikat ato mungkin karena aku yang terlalu
bodoh ya? Tapi ngedenger lagu yang berjudul Malaikat Juga Tahu nya Dewi Lestari
yang sepengal liriknya :
“ Namun tak
kau lihat
Terkadang Malaikat
Tak bersayap, tak cemerlang, tak Rupawan . .
. “
Aku jadi ngerti apa maksud malaikat tanpa sayap, ternyata
ia adalah manusia yang kita ibaratkan sebagai malaikat karena ketulusannya
membuat kita sadar bahwa manusia juga bisa menjadi malaikat.
Manusia yang menjadi malaikat dihidupku adalah bang
dede. Mungkin beliau tidak sadar bahwa beliau telah menjadi malaikatku. Sampai kapanpun
aku tidak akan pernah melupakan ketulusannya padaku. Mungkin sebagian orang
akan berfikir bahwa aku terlalu berlebihan memuji orang ini, dan mungkin
sebagian orang lagi malah berfikir kenapa bukan ayah ato bundanya yang menjadi
malaikat?
Aku bukan bermaksud untuk melebih-lebihkan orang ini
dan aku juga tidak bermaksud memuji-muji orang ini lebih dari orang tuaku. Ini adalah
diluar dari Allah SWT, Ayah, Bunda, Nenek & Olot. Mungkin sebagian lagi
bertanya memangnya bang dede’ itu siapanya puput sih?
Beliau bukan siapa-siapa, bukan sanak saudara, bukan
pacar, bukan teman, bukan siapa pun lah. Beliau hanya seseorang yang baru aku
kenal semenjak aku PKL (Praktek Kerja Lapangan) sewaktu SMK disalah satu
perusahaan swasta di Kota Medan. Beliau memang bukan siapa-siapa bagiku dari
sebelumnya namun sekarang beliau telah menjadi malaikatku.
Terkadang aku berfikir bahwa beliau adalah malaikat
yang diutus Allah untuk memperbaiki kehidupanku. Beliau sangat banyak
membantuku tanpa meminta balasan sedikitpun. Beliau yang membuatku yakin akan
kemampuanku, beliau yang membuka pola fikirku untuk kuliah walaupun pada saat
itu aku hanya bercita-cita tamat SMK dan bisa bekerja hanya untuk melangsungkan
hidup. Beliau juga yakin bahwa aku bisa kuliah walaupun pada saat itu kuliah
sangat jauh dari fikiranku, maklum karena aku hanyalah gadis kampung yang hidup
dalam keterbatasan. Namun beliau berhasi meyakinkanku bahwa untuk kuliah
bukanlah uang yang pertama kali diperlukan namun niat dan tekad.
Aku
sampai gak bisa membayangkan jikakalau pada saat itu aku gak mengenalnya, entah
akan seperti apa aku sekarang. Memang sekarang aku belum menjadi siapa-siapa
seperti yang mereka inginkan, namun sungguh aku merasa jauh lebih baik daripada
kondisiku yang dulu. Setidaknya pola fikirku telah terbuka dan aku sudah berani
bermimpi.
Aku
juga gak tau apa nantinya aku bisa membalas semua jasanya ini, namun sungguh
sedetikpun hingga saat ini aku tidak pernah melupakan ketulusannya membantuku. Bagiku
beliau lebih dari sekedar ayah, lebih dari sekedar sanak saudara, dan lebih
dari sekedar sahabat. Beliau adalah malaikatku, Malaikat Tanpa Sayap bagiku . .
.
Buat
bang dede’, Beribu terimakasipun tidak akan cukup untuk membalas semua
ketulusanmu. Aku hanya bisa berdo’a semoga Bang Dede’ dan keluarga selalu dalam
lindungan-Nya…
Aamiin
J