Oleh Puput Pratiwi
Terkadang kegiatan sehari-hari
dikampus dan dikosan membuat aku lupa ternyata aku telah hidup selama ini tanpa
adanya sosok ayah. Dan yang bisa mengingatkanku kembali hanya sebuah lagu
tentang hebatnya seorang ayah. Sekilas orang melihat hidupku sama seperti
mereka, bahagia dan punya keluarga, namun entah mengapa batinku tidak bahagia
teman. Aku tetap merasa ada yang kurang, walau tetap ada ayah ( ayah tiri ),
ibu, adik-adik, nenek, olot, dan sanak saudara.
Aku pernah baca buku digramedia judulnya, “
Pentingnya peran seorang ayah bagi putrinya “. Ternyata untuk membesarkan
seorang anak perempuan itu sangat memerlukan peran seorang ayah, karena pada
dasarnya anak perempuan itu sangat dekat dengan ayahnya, dan anak perempuan
juga sangat menghormati ayahnya. Walau ayahku tidak pernah berperan dalam
kehidupanku, aku tetap mengormati ayah, aku tetap mencintainya, yah walaupun
hingga saat ini aku belum tau bagaimana
cara untuk menghormatinya, mencintainya, dan berbakti padanya. Terkadang aku
sampai berfikir, apa aku terlalu buruk ya sehingga ayah tidak ingin mengambil
perannya dalam membesarkanku?
Sekarang aku telah dewasa, yah
walaupun sifat belum tentu bisa dikatakan dewasa. Aku sudah mulai berfikir,
bagaimana caranya aku bisa menikah nantinya? Karena bagi seorang anak
perempuan, pentingnya sosok ayah juga karena akan menjadi wali saat akad
nikahnya. Meski aku belum terfikir tentang pernikahan, namun aku sudah berfikir
bagaimana aku nantinya? Siapa yang akan menjadi wali dalam akad nikahku nanti?
Sempat kupertanyakan kepada ibu dan nenek, dengan tegas mereka berkata; “ Kok
susah kali sih put, yah walinya pasti wali hakimlah. Itu lebih sah karena wali
hakim itu dutujukan untuk anak perempuan yang tidak punya ayah. “ aku langsung
membantah, Ok kalau walinya bisa wali hakim, terus nanti namaku jadi Puput
Pratiwi binti apa? Kalau aku sudah meninggal nantinya di nisanku bakal tertulis
Binti apa? Mereka terdiam sejenak, namun ibu langsung menjawab, “ Binti
Abdullah, karena setiap kita adalah umat Rasulullah maka kamu adalah Puput
Pratiwi binti Abdullah.” Aku gak tau ibu dapat jawaban itu dari mana, aku juga
gak tau itu benar atau salah, namun itulah jawaban yang aku dapatkan pada saat
itu dan yang pasti untuk saat itu pernikahan itu masih jauh dibenakku. Masih
banyak yang belum aku kerjakan, masih banyak juga yang belum tercapai, dan
seseorang itu juga belum ada. Aku juga gak yakin, apa ada ya orang yang tulus
mau masuk dalam kehidupanku? Mengingat hidup yang ku jalani ini tidak mudah.
Ternyata buku yang aku baca di
gramedia itu bener ya, betapa pentingnya sosok ayah dalam membesarkan putrinya,
karena ayah selalu mengajari segala hal terhadap putrinya untuk membuat si
putri mengerti tentang hidup dan menjadi manja namun tetap menghormati ayahnya.
Karena dari sosok ayah, putri bisa melihat laki-laki itu harusnya seperti apa.
Karena sungguh laki-laki pertama yang dikenal oleh putri adalah ayahnya, putri
hanya tau laki-laki itu harus seperti ayahnya dan putri hanya tau laki-laki
yang benar adalah seperti ayahnya sehingga kelak ketika ia dewasa ia akan
mencari seseorang yang seperti ayahnya, wibawanya, sikapnya, pola fikirnya,
bahkan cintanya. Si putri ingin seseorang itu persis dengan ayahnya, yang dapat
sabar mengajarinya, menuntunnya, dan tulus mencintainya.
Entahlah teman bagaimana aku kelak,
sementara ayah tidak pernah berperan dalam membesarkanku, ayah juga tidak
pernah mengajariku, bahkan aku juga tidak tau apakah ayah mencintaiku.
Bagaimana mungkin aku bisa tau tentang laki-laki sebenarnya, sementara yang aku
tau ayahku adalah laki-laki yang tidak
bertanggungjawab dan yang aku tau juga malah sebaliknya, aku tak menginginkan
laki-laki seperti ayah. Malahan hal itu menjadi ketakutan tersendiri bagiku, sekarang
aku malah tumbuh menjadi wanita yang sangat berhati-hati dengan lelaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar