Galery

Senin, 01 Juli 2013

Motivasi ato Beban


Menjadi anak pertama membuatku sadar betapa pentingnya keberhasilanku bagi adik-adikku, karena bagi kami ketika anak pertama bisa sukses maka kesuksesannya akan menghantarkan adik-adiknya menjadi sukses juga. Terkadang hal tersebut dapat menjadi motivasi tersendiri untukku karena betapa bangganya aku bisa menjadi contoh untuk adik-adikku, namun dilain sisi hal tersebut dapat pula menjadi beban, beban yang sangat berat karena kegagalanku juga berarti kegagalan adik-adikku.
Bagiku sukses itu harga mati dan gak bisa ditawar-tawar. Namun batas dimana seseorang itu dikatakan suksespun aku belum tahu. Yang aku tahu sukses itu adalah dimana kita bisa berhasil membuat orang-orang disekiliing kita bangga terhadap prestasi yang kita capai, simple kan? Hanya dengan membuat orang lain bangga terhadap kita maka kita sudah dapat dikatakan sukses. Itu hanya menurutku, karena hidupku akan kupergunagakan untuk membuat orang disekililingku bangga dan bahagia.
Aku sempat sedih karena salah satu adikku telah putus sekolah dengan alasan ia lebih memilih kerja daripada sekolah. Aku kira usahaku ini pasti bakal sia-sia karena yang ku perjuangkanpun ternyata sudah menyerah. Namun aku sadar, kegagalannya belum berarti kegagalan untuk adik-adikku selanjutnya. Aku langsung membuka mata dan ternyata masih banyak yang bisa aku lakukan dan masih banyak adik-adikku yang masih bisa aku bimbing. Aku bukan merasa sok hebat ato sok menjadi pahlawan keluarga namun aku hanya ingin melakukan yang bisa aku lakukan.
Kami memang hidup dalam keadaan keluarga yang tidak sempurna, mendengar kata “ broken home “ saja sudah membuat sebagian orang langsung berfikiran negative. Itulah yang kami alami, aku dan ke-5 adikku hidup dalam keluarga yang tidak utuh. Bahkan sekalipun sampai detik ini kami belum pernah bisa berkumpul semua. Terkadang hidup dalam keadaan seperti ini membuatku merasa minder dan jatuh, karena tak jarang aku direndahkan karena status keluargaku yang demikian. Namun jka aku berfikir sehat ternyata aku sama sekali tidak bersalah untuk hal ini, aku tidak pernah memilih untuk dilahirkan dalam keadaan keluarga yang seperti ini. Walau sesekali aku jatuh namun aku bersyukur bisa bangkit lagi, dan yah akal sehatlah yang dapat membangkitkanku kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar