Galery

Minggu, 23 Juni 2013

Dendam Ibu menjadi Motivasiku


Oleh Puput Pratiwi
            Ketika usiaku masih 10 tahun, adikku pernah berkata padaku, “ Kakak kalo minta uang sama bapak pasti takut, sama bapaknya sendiripun takut loh..”. walaupun aku masih anak-anak pada saat itu, namun aku sudah bisa berfikir. Bener juga ya yang dibilang adikku, kok aku bisa takut sih? Kok adik-adikku enggak? Padahalkan beliau sama-sama bapak kami.” Itulah firasat teman, firasat itu gak perlu bohong untuk memberitahukan kenyataan. Meski semua orang pada saat itu menyakinkanku bahwa beliau ayahku, namun firasatku gak bisa menerimanya.
            Kakak-kakak tetanggaku juga sering bilang, katanya wajahku sangat mirip sama keluarga yang aku sama sekali belum pernah mengenalnya. Mereka juga bilang, “ ya pasti miriplah, namanya juga sedarah..” dan tahukah kalian teman, apa yang aku rasakan pada saat itu, bukan sedih tapi aku semakin bingung. Beribu pertanyaan ada diotakku. Memangnya yang mereka bicarakan itu apa sih? Terus keluarga yang sama sekali gak pernah ku kenal itu siapa? Namun itu akan tetap jadi pertanyaan, sampai pada waktunya aku yakin suatu saat pasti waktu yang akan menjawabnya.
            Usiaku sekarang sudah genap 17 tahun, walau masih belia setidaknya pada saat itu aku sudah bisa mengerti, Tentang hidup, tentang mimpi, dan tentang keluarga. Sekarang aku sudah kelas 3 SMK, waktu itu ada saudaraku datang kerumah. Mereka hendak pergi ke jawa, mereka mengajakku dengan alasan supaya aku bisa bertemu dengan keluarga ayahku disana. Sama seperti cerita ibu dan nenek, “ ayah sudah meninggal katanya, Waktu ada peristiwa bom bali”. Masih tetep belum percaya sih tapi kan yang cerita ibu dan nenek, masak iya sih mereka tega bohong. Aku seneng banget pas mau diajak kesana, walau aku gak bisa jumpa sama ayah namun setidaknya aku bisa jumpa dengan keluarga ayah. Buru-buru aku cerita sama sahabatku namanya ayu, dengan rasa penuh kegembiraan bahwa sebentar lagi aku bakalan jumpa sama keluarga ayah. Pada saat itu juga aku mendengar cerita yang belum pernah kudengar sebelumnya, ayu bilang “ Tadi malam aku cerita sama nenekku put, katanya ngapain puput jauh-jauh carik keluarga ayahnya sampai ke jawa sana? Wong ayahnya aja ada disini kok ..”. Untuk yang kedua kalinya aku mendengarkan cerita yang sama, Keluargaku bahkan ayah kandungku kata mereka ada didesaku yang rumahnya tidak jauh dari rumahku. Cerita yang sama dan gak masuk akal itu harus aku dengarkan untuk yang kedua kalinya.
            Semakin lama semakin banyak pertanyaan dibenakku tentang, siapa orang yang ada dicerita tersebut? Siapa orang yang dimaksud ibu dan nenek yang ada dijawa? Dan siapa ayah kandungku sebenarnya? Sungguh aku sangat ingin tahu cerita yang sebenarnya.
            Aku yang selama ini tinggal bersama nenek dan olotku, dan sangat jarang untuk bisa bertemu dengan ibuku. Ketika dulu waktu aku masih kecil dan belum ngerti apa-apa, sedikitpun aku tidak merasakan kepedihan hidup. Yang aku rasakan pada saat itu adalah aku bahagia dengan kehidupan yang kumiliki itu, dan aku ngerasa hidupku pada saat itu sangat sempurna. Namun ketika sekarang aku telah beranjak dewasa, ketika aku bisa merasakan kehidupan yang sebenarnya dan saat itulah aku baru sadar. Betapa tidak mudahnya hidup yang aku jalani ini, betapa sulitnya membuat hidup ini menjadi indah. Dan pada saat itu juga aku mengetahui kebenaran, aku mendapat jawaban yang selama ini aku tunggu, aku mendapat jawaban yang selama ini ada didalam benakku, dan pada saat itu juga aku tahu siapa ayah kandungku sebenarnya, yang ceritanya ku dengar langsung dari ibuku.
            Dari cerita ibuku, aku tau bahwa ternyata aku adalah anak yang lahir namun tidak diinginkan oleh orangtuanya pada saat itu. Dari cerita ibuku, aku tau bahwa kelahiranku menjadi masalah bagi keluarga besar orangtuaku. Dari cerita ibuku, aku bisa menyimpulkan betapa ayahku bukanlah sosok lelaki yang bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dari cerita ibuku, aku juga tau betapa berat hidup yang dijalani ibuku demi mempertahankan kehidupanku. Dan dari cerita ibuku, aku bisa menyimpulkan besarnya cinta dan dendam ibu terhadap ayah.
            Lantas aku berkata kepada ibu; dalam acara “ Kick Andy “ sekalipun pernah menayangkan kisah yang hampir sama denganku, hanya saja ia di Indonesia dan ayahnya di Filivina dengan tema “ Mencari Akar diluasnya Dunia “  namun saat ia ditanya oleh andy f noya; Apakah anda dendam dengan ayah anda? Ia langsung menjawab tidak, sedikitpun saya tidak dendam dengan ayah saya, walaupun ia telah meninggalkan saya begitu saja.
            Maksudku menceritakan kisah tersebut adalah supaya ibu tau, betapa sesungguhnya aku tidak dendam dengan ayah. Betapa aku merindukan berada dalam pelukannya. Betapa aku ingin berbakti kepadanya, yahh walaupun ia telah meninggalkanku begitu saja. Namun ibu langsung membantah dan berkata; kamu tau kenapa ia tidak dendam dengan ayahnya? Itu karena ayahnya jauh dari dia, lah kalau kamu itu ada didepan matanya. Bayangkan put, teganya dia melihatmu didepan matanya. Kamu didepan matanya namun ia tetap membiarkanmu sementara kamu darah dagingnya, ayah seperti apa dia? Ibu sampai kapanpun gak akan pernah rela kalau kamu memanggilnya ayah.” Tapi bu, sanggahku “ aku yakin suatu saat ia akan menyadari semua kesalahannya, aku yakin suatu saat ia akan meminta maaf kepada kita semua dan aku yakin suatu saat ia ingin aku memanggilnya “ ayah” . Ibuku langsung menjawab, ibu gak akan rela, ibu yang menahan semua sakitnya, kalau dia mau berbuat demikian suruhlah dia membayar semua biaya untuk membesarkanmu, dari mulai kamu lahir sampai sekarang. Kamu kira dia mampu? Menjual semua hartanyapun gak akan pernah cukup.
            Ya Allah, aku terkejut ketika ibu berkata seperti itu, betapa besar dendamnya dengan ayah, yang aku yakin semua itu seimbang dengan besar cintanya. Dan ibu mau aku bisa menunjukkan kepada ayah, bahwa aku bisa hidup tanpa dia, bahkan ibu mau aku bisa berhasil tanpanya. Aku tidak tahu ini benar atau salah, yang aku tau aku sayang ibu, aku sayang ayah, dan yang aku tahu dendam tersebut telah menjadi motivasi dalam diriku. Setiap aku ingat cerita itu rasanya semangatku terkumpul kembali.
           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar